Hubungan Manusia Dengan Tumbuhan; Mengenal Istilah Etnobotani
Hubungan timbal balik antara manusia dan tumbuhan tidak
dapat dipisahkan, bagaikan dua sisi keping mata uang logam. Manusia untuk dapat
bertahan hidup tentu saja perlu memanfaatkan tumbuhan yang ada disekelilingnya.
Kegiatan memanfaatkan tumbuhan yang dilakukan oleh setiap manusia, khususnya
oleh setiap suku/ bangsa tertentu inilah yang dikenal dengan istilah
etnobotani.
Menurut Yatias (2015) menyatakan bahwa Etnobotani
dewasa ini merupakan istilah popular karena ini adalah salah satu cara pandang
orang terhadap sekitar. Apabila digunakan di awal nama satu disiplin ilmu
seperti botani atau farmakologi, kalimat ini menunjukkan bahwa peneliti sedang
meneliti persepsi masyarakat tradisional tentang pengetahuan budaya dan
teknologi. Etnobotani sebagai salah satu jembatan pengetahuan tradisional dan
modern pada saat ini menjadi topik yang berkembang.
Istilah etnobotani pertama kalinya diusulkan oleh
Harsberger pada tahun 1985. Etnobotani menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam keperluan
kehidupan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani berasal dari dua kata
Yunani yaitu Ethnos dan botany. Etno berasal dari kata Ethnos yang
berarti memberi ciri pada kelompok dari suatu populasi dengan latar belakang
yang sama baik dari adat istiadat, karakteristik, bahasa dan sejarahnya,
sedangkan botany adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan. Dengan
demikian etnobotani berarti kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan
atau dapat diartikan sebagai studi mengenai pemanfaatan tumbuhan pada suatu budaya
tertentu (Martin, 1998).
Etnobotani secara harfiah berarti ilmu yang mengkaji
pengetahuan botani masyarakat lokal/tradisional. Etnobotani merupakan sebuah
ilmu yang mempelajari hubungan yang berlangsung antara masyarakat tradisional
dengan lingkungan nabati. Sekarang ini etnobotani digambarkan sebagai hubungan
timbal balik antar manusia dengan tumbuhan. Etnobotani bertujuan membantu dalam
menerangkan budaya dari suku-suku bangsa dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai
bahan makanan, pakaian, obat-obatan, bahan pewarna dan lainnya. Istilah
etnobotani sudah dikenal dan statusnya sebagai ilmu tidak mengalami masalah lagi,
tetapi objek yang diteliti statusnya sangat rawan karena cepatnya laju erosi
sumber daya alam terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatn tumbuhan
dari suku bangsa atau kelompok tertentu. Hal ini disebabkan oleh rusak dan
berubahnya habitat suku bangsa dan tumbuhan tertentu di muka bumi (Soekarman
dan Ridwan, 1992 dalam Ulfah, 2002).
(Bersambung Lain Waktu, untuk
sharing di kolom komentar yach).
Bersumber
dari:
Hastuti
SD, Tokede MJ dan Maturbongs RA. 2002. Tumbuhan Obat Menurut Etnobotani Suku
Biak. Traditional medicinal plants of the
Biak people. Beccariana. Volume 4. No. 1.
Martin
GJ. 2004. Ethnobotany: a metods manual. London: Chapman and Hall.
Nasruddin, M. 2005. Inventarisasi
Gulma Berpotensi Sebagai Obat di Lahan Tumpangsari, Desa Blaru, Kecamatan Pare,
Kabupaten Kediri. Skripsi tidak ditebitkan. Malang:
Jurusan BiologiFakultas Saintek UIN Malang.
Ulfah,
M. 2002. Etnobotani pada Tumbuhan Suku
Zingiberaceae di Daerah Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang. Jurusan Biologi UIN Malang.
Yatias, Ellyf Aulana. 2015. Etnobotani Tumbuhan Obat
Di Desa Neglasari Kecamatan Nyalindung Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
0 comments